Artikel ini terkait dengan hari jadi TNI yang ke-66, yang diperingati setiap
tanggal 5 Oktober. Yang elit dari yang paling elit, itulah mungkin sebutan
mereka satuan dengan spesifikasi khusus dalam penanggulangan teror diberbagai
matra dan kepolisian. Satuan/batalyon ini dibentuk dalam rangka menanggulangi
ancaman teror dan sabotese sekaligus kemampuan infiltrasi pada daerah yang
dikuasai musuh. Berikut Kutu Buku menampilkan 5 satuan paling elit di
Indonesia:
1. SAT-81/GULTOR
Satuan 81/Penanggulangan Teror atau disingkat
Sat-81/Gultor adalah satuan di Kopassus yang setingkat dengan Grup, bermarkas
di Cijantung, Jakarta Timur. Kekuatan dari satuan ini tidak dipublikasikan
secara umum mengenai jumlah personil maupun jenis persenjataannya yang
dimilikinya, semua itu dirahasiakan. Mengantisipasi maraknya tindakan
pembajakan pesawat terbang era tahun 1970/80-an, Kepala Badan Intelijen
Strategis (BAIS) ABRI menetapkan lahirnya sebuah kesatuan baru setingkat
detasemen di lingkungan Kopassandha.
SAT-81/GULTOR (Sumber: blogspot.com)
Pada 30 Juni 1982, muncullah Detasemen 81 (Den-81)
Kopassandha dengan komandan pertama Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan dengan
wakil Kapten Inf. Prabowo Subianto. Kedua perwira tersebut dikirim untuk
mengambil spesialisasi penanggulangan teror ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9)
Jerman dan sekembalinya ke Tanah Air dipercaya untuk menyeleksi dan melatih
para prajurit Kopassandha yang ditunjuk ke Den-81. Satuan-81 merupakan ujung
tombak pertahanan dan keamanan Republik Indonesia. Tidak seperti satuan lain
yang selalu mengexpose kegiatan mereka, Visi dan misi Satuan-81 adalah untuk
“tidak diketahui,tidak terdengar dan tidak terlihat” specialisasi Antibajak
pesawat, perang kota, intelijen & kontra-intelijen.
2. DETASEMEN JALA MANGKARA
Detasemen Jala Mangkara (disingkat Denjaka) adalah
sebuah detasemen pasukan khusus TNI Angkatan Laut. Denjaka adalah satuan
gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL. Anggota
Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak dan harus menyelesaikan suatu
pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut). Lama
pendidikan ini adalah 6 bulan. Intinya Denjaka memang dikhususkan untuk satuan
anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan di mana saja terutama anti
teror aspek laut.
DETASEMEN JALA MANGKARA (Sumber: wordpress.com)
Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan
antisabotase di laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin aspek
laut. Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando.
Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah
berkualifikasi Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus ini dapat
digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara.
TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi, yaitu Komando Pasukan Katak (Kopaska).
Kedua satuan pernah beberapa kali melakukan latihan gabungan dengan US Navy
SEAL.
3. DETASEMEN BRAVO ’90
Detasemen Bravo 90 (disingkat
Den Bravo-90) terbilang pasukan khusus Indonesia yang paling muda
pembentukannya. Baru dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas
TNI-AU pada 1990, Bravo berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk
kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif
menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi
serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara. Motto: Catya
Wihikan Awacyama Kapala artinya Setia, Terampil, Berhasil.
DETASEMEN BRAVO '90 (Sumber: wordpress.com)
Dikukuhkan pada tanggal 16 September 1999 oleh KSAU
Marsekal Hanafie Asnan. Dalam melaksanakan operasinya, Bravo dapat juga
bergerak tanpa identitas. Bisa mencair di satuan-satuan Paskhas, atau seorang
diri. Layaknya dunia intelijen Bukan main-main, Bravo-90 juga melengkapi
personilnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut, mulai dari combat
free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low
Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut olahraga dan para
lanjut tempur (PLT), dalpur trimedia (darat, laut, udara), selam, tembak kelas
1, komando lanjut serta mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
dengan sarana multimedia.
4. DETASEMEN KHUSUS 88
Detasemen Khusus 88 atau
Densus 88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk
penanggulangan teroris di Indonesia. Pasukan khusus berompi merah ini dilatih
khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror bom. Beberapa
anggota juga merupakan anggota tim Gegana.
DETASEMEN KHUSUS 88 (Sumber: wordpress.com)
Detasemen 88 dirancang sebagai unit antiteroris yang
memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom hingga
penyanderaan. Densus 88 di pusat (Mabes Polri) berkekuatan diperkirakan 400
personel ini terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom),
dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu. Selain itu
masing-masing kepolisian daerah juga memiliki unit anti teror yang disebut
Densus 88, beranggotakan 45 – 75 orang, namun dengan fasilitas dan kemampuan
yang lebih terbatas. Fungsi Densus 88 Polda adalah memeriksa laporan aktifitas
teror di daerah.Melakukan penangkapan kepada personil atau seseorang atau
sekelompok orang yang dipastikan merupakan anggota jaringan teroris yang dapat
membahayakan keutuhan dan keamanan negara R.I.
5. BATALYON RAIDER
Batalyon Raider adalah satu
batalyon pasukan elit infanteri Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sepuluh
batalyon raider yang diresmikan pada 22 Desember 2003 itu, dibentuk dengan
membekukan 8 yonif pemukul Kodam dan 2 yonif Kostrad. Sebagai kekuatan penindak,
kekuatan satu batalyon raider (yonif/raider) setara tiga kali lipat kekuatan
satu batalyon infanteri (yonif) biasa di TNI.
BATALYON RAIDER (Sumber:tripod.com)
Setiap batalyon raider terdiri atas 747 personel.
Mereka memperoleh pendidikan dan latihan khusus selama enam bulan untuk perang
modern, anti-gerilya, dan perang berlarut. Tiap-tiap batalyon ini dilatih untuk
memiliki kemampuan tempur tiga kali lipat batalyon infanteri biasa. Mereka
dilatih untuk melakukan penyergapan dan mobil udara, seperti terjun dari
helikopter.
50 orang personel di antara 747 orang personel dalam
satu batalyon Raiders memiliki kemampuan anti teror dan keahlian-keahlian
khusus lainnya. Keahlian tersebut mereka dapatkan setelah mengikuti pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Grup 3 KOPASSUS)
yang bertempat di Batujajar, Jawa Barat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kekuatan pasukan raiders.
(*) Disadur dari berbagai sumber